BALI NOT FOR SALE
Sebuah gerakan publik, merespon tingginya konversi sawah di Bali menjadi bangunan akomodasi wisata. Bertujuan mengembalikan kesadaran dan kepedulian kita semua bahwasanya sawah adalah sebuah ‘Kehidupan’, bukan sebatas nilai komersial. Sebuah kebudayaan bertumbuh di atas tanah. Sawah tempat bermain anak-anak, tempat hidup capung, kunang-kunang, kodok, keong, dan segala mahluk hidup di atasnya. Menjual tanah awal dari sebuah punahnya kebudayaan dan peradaban. Menjual tanah, menjual kehidupan. Mari peduli hari ini. Revolusi dimulai dari diri sendiri.
#BaliNotForSale
#StopJualSawah
#BaliLebihCantikSederhana
Young peoples of Bali
proudly present:
BALI NOT FOR SALE
Hari/tanggal: Jumat, 26 Juli 2013
Waktu: 21:00 WITA
Lokasi: Sawah Junjungan ‘NOT FOR SALE’, Jl. Sriwedari, Ubud, Bali.
Mengundang seluruh lapisan masyarakat Bali untuk hadir dalam perhelatan ini. Lets join us! Free!
Kegiatan:
Konser (4 pm onward):
– SUPERMAN IS DEAD
– GEEKSSMILE
– POSTMEN
– DADANG POHON TUA
– THE BULLHEAD
– GOLDVOICE
– NOSSTRESS
– PRIDE OF LION
– BRONZEBONS
– JACKNIFE BLUES
– GARDEN GROVE
– JOJO BROKEN ROSE
– GUS TEJA
Festival ‘lelakut’ (07 am onward):
– SANGGAR DEWATA INDONESIA. Aktifitas kreatif anak-anak, festival ‘lelakut’ anak-anak (07 am onward):
– KOMUNITAS ANAK ALAM
Pameran kartun (07 am onward):
– BOGBOG KARTUN
Stand Linkungan:
– WALHI BALI
– ECO DEFENDER
– BERAS ORGANIK BALI & MAKANAN TRADISIONAL
Lokasi konser oleh:
– LUDEN HOUSE / sawah
Mari menjadi bagian dari sejarah.
6 comments
laksmi says:
Jul 21, 2013
apaan nih,konser musik? emang ada hubungannya dengan Bali for sale? lucu bgt! buat peraturan tambahkan subsidi atau gratiskan pupuk,bibit,harga jual gabah ditingkat petani jangan ditekan.Petani capek gak ada hasilnya.Kan mereka juga pengen punya kehidupan yang lebih baik,Nggak ada petani kaya.So konser Musik buat apaa??
djanuartha says:
Jul 22, 2013
@Laksmi:
musik adalah alat komunikasi penyampaian pesan….
Pesan ini tak cuma disampaikan kepada pemilik tanah, tetapi kepada seluruh lapisan masyarakat, supaya masyarakat bisa 1 visi misi… dan harapannya nanti pesan ini akan dapat mencongkel hati para pemimpin bali, agar para pemimpin tidak gampangan memberikan ijin kepada para investor… dan harapan lainnya supaya pemimpin ini bisa memperhatikan para petani.
banyak yg harus kita perjuangkan… tak bisa hanya duduk dan mengomentari pemerintah saja..
kita harus bergerak.. menyadarkan masyarakat yg pendidikannya masih belum sempurna..
cheers
Venusia says:
Jul 22, 2013
Konser Musik untuk buka mata, kalau gak semua sawah itu di jual. Yang memprakarsai acara ini yang punya tanah loh, kami hanya mensupport. Kalau buat tambahan subsidi atau gratiskan pupuk kan sudah “program” pemerintah (kone). Kita tidak berbuat andil disana, mungkin kamu yang akan melakukannya? 🙂
pemilik tanah 'NOT FOR SALE' says:
Jul 23, 2013
Laksmi, ‘real name / not’, orang2 melakukan sebuah perubahan dgn caranya masing2. BENCANA TERBESAR ADALAH TAK MELAKUKAN APA APA MELIHAT BENCANA TERJADI DI SEPUTAR KITA. Jika komen ini saya panjangkan, kita kembali pd pusaran yg sama bangsa ini, habis di komen tak buat aksi. Kita sdh cukup umur untuk pemahaman sederhana ini. Bukan anak SMP lagi. Sudahlah… Bnyk yg musti dikerjakan. Bye~
Genz says:
Jul 25, 2013
Konsep nya keren. Btw ngundang para makelar dan broker gak? Yang diperjuangkan teman2 ini, kalau berhasil, adalah lonceng kematian buat profesi mereka…hehehe. Lanjut terus, yang semangat, dan jangan cuma berhenti di konser.
Buka juga ruang debat, contoh kasus yang ironis: anak2 muda di daerah saya, Berawa dan sekitarnya, kalau dari tongkrongan sih cukup mewakili orang2 yang bakal datang ke konser ini: tattoan, suka maen musik, nongkrong, dlsb…tapi ya kalo siang nyambi jadi makelar…pastikan dulu pesan “Bali not for sale” sampai juga ke orang2 dari demografi yang demikian, toh mereka (anak2 muda) adalah ujung tombak gerakan ini…contoh yang lain…banyak pemilik tanah yang “terpaksa” menjual tanahnya karena beban pajak (dan teror para pegawai pajak)…buat mereka investor adalah pahlawan yang betul2 mereka butuhkan…perlu dipikirkan juga solusinya…entah dengan mengedukasi para pemilik lahan (yang maaf kata, mungkin berpendidikan rendah, dan gak tahu harus konsultasi kemana ketika menemui kesulitan seperti itu)atau apa.
Jangan lupa pula tentang motif yang mendorong masifnya jual-beli tanah di Bali ini. Motif si penjual untuk mencapai taraf ekonomi yang lebih baik sama berpengaruhnya dengan “rayuan” investor, kalau tidak bisa dibilang lebih besar dalam tiap transaksi yang terjadi. Jadi jangan melulu menyalahkan para investor, karena kurang fair saja (menurut saya). Toh transaksi apapun terjadi karena ada supply dan demand…
Sekian dan salam. Bali Not For Sale!
Nb: maaf ya kalo saya komennya anonymous…takut di troll orang…Suksma
DE Pung says:
Oct 28, 2016
Bali dulu mari di pertahankan, Bali sekarang banyak salah konsep. Para penerus Bali mari bersatu , mari kita belajar pemahaman bagaimana yang terbaik untuk Pulau tempat lahir kita dan tempat akhir untuk menutup mata kita nanti.Karena setelah mati nanti kita tidak akan membawa harta benda, dan uang.Kita bangga berbuat yang terbaik untuk pulau seribu pura dan pulau beribu hektare terrace ricefield. Terimakasi, Salam BALI NOT FOR SALE.